BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Secara garis besar gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran histologi yang khas, distribusi anatomi dan kemungkinan patogenesis gastritis.
Pasien dan keluarga dengan penyakit gastritis membutuhkan pengawasan diet makanan setelah pulang dari rumah sakit dan sangat mudah terkena bila tidak mematuhi tentang penatalaksanaan diet dirumah. Makan makanan yang teratur dan menghindari makan yang dapat mengiritasi lambung. Untuk itu diperlukan peran serta tenaga kesehatan untuk memberikan health educatian bagi pasien dan keluarganya.
Dari hal tersebut maka penulis sebagai tim kesehatan khususnya perawat mengangkat masalah perawatan penyakit gastritis dengan memaparkan asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis sebagai Laporan kasus untuk ujian komperhensif akhir program di Akademi Keperawatan YAGMA Kisaran.
1.2. TUJUAN
1.2.1. TUJUAN UMUM
Penulis mampu memahami dan menerapkan Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem Pencernaan ; Gastritis.
1.2.2. TUJUAN KHUSUS
v Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan sekaligus dapat menganalisa data yang dikumpulkan dari keluarga maupun dari klien dengan gangguan sistem pencernaan; Gastritis.
v Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat pada klien dengan gangguan sistem pencernaan; Gastritis.
v Penulis mampu menyusun perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien
v Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien
v Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien
1.3. RUANG LINGKUP
Mengingat ada begitu banyak masalah yang berbeda pada setiap individu yang mengalami gangguan pada sistem pencernaan; gastritis maka penulisan laporan kasus ini dibatasi pada ruang lingkup asuhan keperawatan pada satu klien yang dirawat di Ruang Kelas Rumah Sakit Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran yang dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan mulai tanggal 25 Mei s/d 6 Juni 2009.
1.4. METODE
Dalam pembuatan laporan kasus ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu suatu metode penulisan yang dilakukan dengan membuat gambaran tentang Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pencernaan ;Gastritis dengan teknik :
a. Studi kepustakaan.
Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan literatur serta Artikel kesehatan yang berhubungan dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Gastritis.
b. Studi kasus.
§ Wawancara : Melakukan tanya jawab secara langsung pada keluarga tentang keadaan dan masalah-masalah yang terjadi
§ Observasi : Melakukan pengamatan langsung pada keadaan umum klien dan perkembangan klien yang mengalami Gangguan Sistem Pencernaan; Gastritis.
§ Pemeriksaan fisik : Melakukan pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi secara langsung pada klien.
§ Dokumentasi : Dengan mempelajari data dari catatan keperawatan klien ( Medical record )
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan teoritis, terdiri dari tinjauan teoritis medis, dan tinjauan tioritis keperawatan. Tinjauan teoritis medis terdiri dari dari defenisi, anatomi dan fisiologi, etiologi dan factor predisposisi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis dan komplikasi. Tinjauan teoritis keperawatan terdiri dari Pengkajian dan analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB III : Laporan kasus, terdiri dari pengkajian dan analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan, terdiri dari pembahasan tentang kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kasus yang terjadi dilapangan yang meliputi pengkajian, diagnosa, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. KONSEP DASAR
2.1.1. DEFENISI
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung ( Arief Mansjoer, 2001 : 429 ).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus dan lokal dan ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis superfisial akut dan gastritis atropi kronik (Brunner Suddarth, 2002 : 1062).
Gastritis dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Gastritis akut
Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemorogik karena penyakit ini akan dijumpai pendarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.
2. Gastritis Kronik
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina popria dan daerah intra epitel terutama terdiri sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma ( Hirlan, 2001 : 127 ).
2.1.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
· Lambung.
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kacang kedelai .Terletak di rongga abdomen kiri atas. Volume lambung 1-2 liter.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Lambung juga memiliki fungsi absorbsi . Absorbsi lambung sangat terbatas tetapi glukosa dan alkohol diserap dengan baik oleh lambung.,
Fungsi ekskresi pada lambung berkaitan erat pada perubahan kimiawi makanan. Dihasilkan oleh sel-sel yang terdapat pada lambung. sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:
- lendir
- asam klorida
- prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim.
setiap kelainan pada lapisan lendir ini (apakah karena infeksi oleh bakteri helicobacter pylori atau karena aspirin), bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Membuat kalsium dan besi menjadi mudah diserap.Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri .
pelepasan asam dirangsang oleh:
- saraf yang menuju ke lambung
- gastrin (hormon yang dilepaskan oleh lambung)
- histamin (zat yang dilepaskan oleh lambung).
Pepsin bertanggungjawab atas pemecahan sekitar 10% protein.
pepsin merupakan satu-satunya enzim yang mencerna kolagen, yang merupakan suatu protein dan kandungan utama dari daging.
Lambung terdiri dari :
- kardia,
- fundus
- pilorus
- antrum.
Kardia merupakan pintu masuk esofagus ke lambung
Fundus mempunyai dinding yang tipis dan sedikit kelenjar yang berfungsi sebagai reservoar.
Korpus lambung adalah bagian berotot dan menyimpan serta mencampur makanan, mempunyai banyak kelenjar yang berfungsi sebagai ekskresi kelenjar lambung.
Fundus dan korpus lambung mempunyai kelenjar-kelenjar berduktus pendek dan asini panjang.
Kelenjar ini dilapisi oleh :
· sel-sel peptik
- mengsekresi pepsinogen.
· sel-sel oksintik
Antrum terdiri atas otot tebal dan berfungsi sebagai pompa untuk mentransfor makanan ke usus halus. Di dalam antrum lambung terdapat kelenjar yang mempunyai duktus yang panjang dan asini pendek berpilin. Kelenjar ini menghasilkan mukus yang bersifat basa dan gastrin yang berfungsi mengontrol sekresi asam.
( avaible at google search of picture : wwww.google.com )
Mekanisme pencernaan makanan dilambung
Makanan dari esofagus masuk melalui kardia ke fundus lalu ke korfus, di dalam korpus makanan bercampur dengan enzin pencernaan dan di cerna secara kimiawi di pilorus kemudian masuk ke antrum. Dan akan dilanjutkan ke intestinal ( usus halus ). Proses ini memakan waktu sekitar 2-3 jam.
2.1.3. ETIOLOGI
1. Gastritis Super Fisial Akut
- Enkokrin bakteri dari stopylococus E.Colly atau salmanela (masuk setelah makanan terkontaminasi)
- Obat-obat NSAID (Indometosin, libiprofen, haproksen) sulfanamida, steroid dan digitalis.
- Makanan yang berbumbu seperti lada, cuka, mustard
- Kafein, alkohol, asipirin
- Makanan yang masuk dalam lambung meningkat dan mengiritasi mukosa lambung
- Refluks empedu atau terapi radiasi
- Keracunan zat korosit yang asam atau bassa
(Ignatavius, Donana D, 1995 : 1380)
2. Gastritis Atropi Kronik
- Bakteri helicobacter pylori
- Ulcus beningna atau maligna dari lambung
- Faktor predisposisi (Kafein, alkohol,aspirin)
(Ignatavius, Donna D. 1995 : 1380)
2.1.4. PATOFISIOLOGI
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.(Price, Sylvia 1999)
2.1.5. MANIFESTASI KLINIS
1. Gastritis Akut
- Adanya keluhan abdomen tidak jelas, seperti anoreksia dan mual
- Sakit kepala
- Mengalami ketidaknyamanan, malaise
- Nyeri epigastrium
- Muntah dan cegukan
- Pendarahan
- Hematemesis
- Beberapa pasien asimtomatik
2. Gastritis Kronik
- Adanya perasaan penuh
- Anoreksia
- Nyeri hulu hati setelah makan
- Kembung
- Rasa asam dimulut
- Mual dan muntah
(Black, Joyce M. 1993 : 1607 – 1508)
2.1.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Diagnosa ditentukan dengan endoskopi
Gastritis tipe A dengan aklorhidria / hipklomidria (kadar asam hidroklorida tidak ada / rendah). Gastrisis tipe B dihubungkan dengan hiperklohidria (kadar tinggi dail asam hidroklorida)
2. Pemeriksaan sinar x G.I atas
3. Pemeriksaan Histologis
4. Tes serologis dan tes pernafasan untuk mendeteksi H. pylori untuk mendapatkan antibody terahadap antigen H. pylori
5. Gastroskopi
6. Hb, Ht
7. Serum gastrin menurun atau normal
8. Serum vitamin B12
9. Analisis cairan lam bung
10. Biopsi mukosa
11. Biopsi lambung
12. Endoskopi
2.1.7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan gastritis meliputi:
1. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi .
2. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain (Soeparman, 1999, hal 96).
Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan:
- Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
- Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan.
- Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
- Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastrointestinal
- Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
- Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
- Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
- Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
b. Gastritis kronis
- Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi lebih sering.
- Mengurangi stress
- H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram bismuth (pepto-bismol).
2.1.8. KOMPLIKASI
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan pada lambung. Perdarahan saluran cerna bagian atas.Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsivitamin (Mansjoer, Arief 1999, hal: 493).
Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
2.2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.2. PENGKAJIAN DATA DASAR
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
Tanda : - warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
5. . Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
2.2.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Nyeri (akut / kronis) berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral, iritasi lambung ditandai dengan mengkomunikasikan gambaran nyeri, berhati-hati dengan abdomen, postur tubuh kaku, wajah mengkerut, perubahan tanda vital.
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya nafsu makan, nausea, muntah, nyeri ditandai dengan penurunan berat badan, perubahan turgor kulit, kelemahan fisik.
3 Kurangnya volume cairan b.d menurunnya intake cairan, muntah, perdarahan ditandai dengan perubahan turgor kulit, bibir kering, volume urine berkurang.
4 Ansietas / ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian, nyeri ditandai dengan pernyatakan ketakutan, raut wajah kebingungan.
5 Risiko tinggi kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia dan perforasi mukosa lambung ditandai keringat dingin, pusing dan nyeri lambung.
6 Kurangnya pengetahuan tentang faktor penyebab dan terapi diet
(Brunner and Suddart, 2002 : 1063)
2.2.4. PERENCANAAN
1 Diagnosa Keperawatan 1.
Tujuan : Setelah diakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Intervensi dan Rasional.
o Mandiri
1 Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
Rasional : nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya, dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi.
2 Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
Rasional : membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3 Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
Rasional : makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
4 Bantu latihan rentang gerak aktif / pasif
Rasional : menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri / ketidaknyamanan.
5 Berikan perawatan oral sering dan tindakan kenyamanan, misal: pijatan punggung, perubahan posisi
Rasional : nafas bau karena tertahannya sekret mulut menimbulkan tak nafsu makan dan dapat meningkatkan mual.
o Kolaborasi
1 Berikan obat sesuai indikasi, misal:
Antasida.
Rasional : menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan menetralisir kimia.
2 Antikolinergik (misal : belladonna, atropin)
Rasional : diberikan pada waktu tidur untuk menurunkan motilitas gaster, menekan produksi asam, memperlambat pengosongan gaster, dan menghilangkan nyeri nokturnal.
2 Diagnosa Keperawatan 2.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
Intervensi dan Rasional.
o Mandiri
1 Awasi pemasukan kalori. Berikan makan sedikit dalam frekwensi
Rasional : sulit untuk makan banyak bila pasien mengalami anoreksia.
2 Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : menghilangkan rasa tidak enak dan dapat meningkatkan nafsu makan.
3 Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen
4 Dorong pemasukan sari jeruk dan permen sepanjang hari
Rasional : bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna.
o Kolaborasi.
1 Konsul pada ahli diet
Rasional : berguna untuk membuat program diet.
2 Awasi glukosa darah
Rasional : hiperglikemia atau hipoglikemia dapat terjadi.
3 Berikan obat sesuai indikasi
o Anti emetik
Rasional : diberikan ½ jam sebelum makan, dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.
o Antasida
Rasional : bekerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi atau resiko perdarahan.
o Simetidin, ranitidin, famotidin dan nizatidin.
Rasional : penghambat histamin H2 menurunkan produksi asam gaster, meningkatkan pH gaster, dan menurunkan iritasi pada mukosa gaster penting untuk penyembuhan juga pencegahan pembentukan lesi.
3 Diagnosa Keperawatan 3.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit akan terpenuhi..
Intervensi dan Rasional
o Mandiri
1 Catat karakteristik muntah dan / atau drainase
Rasional : membantu dalam membedakan penyebab distres gaster. Kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan bahwa pilorus terbuka. Kandungan fekal menunjukkan obstruksi usus. Darah merah cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial akut.
2 Awasi tanda vital
Rasional : perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan perkiraan kasar kehilangan darah (misal: TD <> 110 diduga 25% penurunan volume atau kurang lebih 1000 ml).
3 Awasi masukan dan haluaran dihubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah / cairan melalui muntah, penghisapan gaster / lavase, dan defekasi.
Rasional : memberikan pedoman untuk penggantian cairan
4 Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan.
Rasional : aktivitas / muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
5 Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida
Rasional : mencegah refleks gaster pada aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan komplikasi paru serius.
o Kolaborasi
1 Berikan cairan / darah sesuai indikasi
Rasional : penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan (akut atau kronis)
2 Berikan obat sesuai indikasi:
§ Ranitidin (zantac), nizatidin (acid).
Rasional : penghambat histamin H2 menurunkan produksi asam gaster.
§ Antasida (misal: Amphojel, Maalox, Mylanta, Riopan)
Rasional : dapat digunakan untuk mempertahankan pH gaster pada tingkat 4,5 atau lebih tinggi untuk menurunkan risiko perdarahan ulang.
§ Antiemetik (misal: metoklopramid / reglan, proklorperazine / campazine)
Rasional : menghilangkan mual dan mencegah muntah.
4 Diagnosa Keperawatan 4.
Tujuan : Rasa cemas dapat teratasi
Intervensi dan Rasional
o Mandiri
1 Awasi respons fisiologi misal: takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.
Rasional : dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik / status syok.
2 Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.
Rasional : membuat hubungan terapeutik.
3 Berikan informasi akurat
Rasional : melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.
4 Berikan lingkungan tenang untuk istirahat
Rasional : memindahkan pasien dari stresor luar meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan ketrampilan koping.
5 Dorong orang terekat tinggal dengan pasien
Rasional : membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.
6 Tunjukkan teknik relaksasi
Rasional : belajar cara untuk rileks dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.
5 Diagnosa Keperawatan 5.
Tujuan : gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.
Intervensi dan Rasional
o Mandiri
1 Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing / sakit kepala
Rasional : perubahan dapat menunjukkanketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arteria.
2 Selidiki keluhan nyeri dada
Rasional : dapat menunjukkan iskemia jantung sehubungan dengan penurunan perfusi.
3 Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah.
Rasional : vasokonstriksi adalah respons simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan / atau dapat terjadi sebagai efek samping pemberian vasopresin.
4 Catat haluaran dan berat jenis urine
Rasional : penurunan perfusi sistemik dapat menyebabkan iskemia / gagal ginjal dimanifestasikan dengan penurunan keluaran urine.
5 Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba, nyeri hebat atau nyeri menyebar ke bahu
Rasional : nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah perdarahan akut karena efek bufer darah. Nyeri berat berlanjut atau tiba-tiba dapat menunjukkan iskemia sehubungan dengan terapi vasokinstriksi.
6 Observasi kulit untuk pucat, kemerahan, pijat dengan minyak. Ubah posisi dengan sering
Rasional : gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan risiko kerusakan kulit.
o Kolaborasi
1 Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional : mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama perdarahan akut.
2 Berikan cairan IV sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi
6 Diagnosa Keperawatan 6.
Tujuan : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan klien akan memahami tentang penatalaksanaan diet dan faktor penyebab.
Intervensi dan Rasional.
o Mandiri
1 Tentukan persepsi pasien terhadap penyakit.
Rasional : Membuat pengetahuan dasar dan memberikan beberapa kesadaran yang konstruktif pada individu ini.
2 Berikan / kaji ulang informasi tentang penyakit, penyebab / efek hubungan prilaku pola hidup, dan cara menurunkan risiko / faktor pendukung. Dorong untuk bertanya.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan informasi/keputusan tentang masa depan dan kontrol masalah kesehatan.
3 Bantu pasien untuk mengidentifikasi hubungan masukan makanan dan pencetus / atau hilangnya nyeri epigastrik,termasuk menghindari iritan gaster.
Rasional : Kafein dan rokok merangsang kekambuhan., Alkohol mendukung untuk erosi mukosa lambung . Individu dapat menemukan bahwa makanan/minuman tertentu meningkatkan sekresi lambung dan nyeri.
4 Anjurkan makan dengan porsi sedikit tapi sering.
Rasional : Sering makan dapat mempertahankan netralisir HCL, melarutkan isi lambung pada kerja minimal asam mukosa lambung. Makan sedikit mencegah distensi gaster yang berlebihan.
5 Tekankan pentingnya membaca label obat dijual bebas dan menghindari produk yang mengandung aspirin.
Rasional : Aspirin merusak mukosa pelindung, memungkinkan terjadinya erosi gaster.
6 Kaji ulang penting tanda gejala seperti muntah warna kopi gelap, feses berwarna hitam, distensi abdomen, nyeri epigastrik berat yang menyebar kebahu dan punggung.
Rasional : Evaluasi medik cepat / intervensi dibutuhkan untuk mencegah komplikasi lebih serius.
7 Dukung penggunaan teknik penanganan stress, hindari stress emosi.
Rasional : menurunkan rangsang eksentrik HCL, menurunkan resiko terjadinya perdarahan lambung.
8 Rujuk ke kelompok pendukung / konseling untuk perubahan / penurunan pola hidup / perilaku sehubungan dengan faktor resiko.
Rasional : Penggunaan alkohol mempunyai insiden lebih tinggi , rokok memperlambat penyembuhan ulkus peptikum. ( doengoes, 1999 )
2.2.5. EVALUASI YANG DIHARAPKAN
Ø Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri berkurang, meningkatkan rasa nyaman.
Ø Diagnosa Keperawatan 2.
Klien akan menunjukkan intake makan melalui keseimbangan diet
Menunjukkan prilaku mempertahankan pola nutrisi yang adekuat
Klien dapat mempertahankan berat badan.
Ø Diagnosa Keperawatan 3.
Klien menunjukkan hidrasi diperlukan secara adekuat.
Keseimbangan antara masukan dan haluaran.
Ø Diagnosa Keperawatan 4.
Klien mulai menunjukkan ketrampilan koping positif.
Mempertahankan berat badan selama periode stres dan mencapai dukungan dan sumber-sumber yang tepat.
Ø Diagnosa Keperawatan 5.
Mempertahankan / memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti adanya tanda vital stabil kulit hangat, nadi perifer teraba GDA dalam batas normal keluaran urine adekuat.
Ø Diagnosa Keperawatan 6.
Klien mengungkapkan pentingnya perubahan gaya hidup untuk mempertahankan berat badan yang normal.
Klien mencari sumber konseling untuk membantu mengadakan perubahan.
Klien berusaha mempertahankan berat badan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 PENGUMPULAN DATA
a. Biodata
· Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
umur : 56 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Suku Bangsa : Batak/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : TNI AD
Alamat : Asrama Kodim
Tgl Masuk : 27-05-2009
Diagnosa medis : Gastritis
No. Register : 00.380
Ruangan / Kamar : R Kelas II RSUD HAMS
Golongan Darah : O
· Penanggung jawab pasien / keluarga dekat
Nama : Ny. R
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMU
Hubungan keluarga : Istri Klien
Alamat : Asrama kodim
b. Alasan Masuk Rumah Sakit.
Klien mengalami sakit perut, lemas keringat dingin mual dan muntah saat makan .
c. Keluhan utama
Nyeri Ulu hati
d. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan bahwa perutnya sakit, ulu hati terasa nyeri,skala nyeri IV. mual dan muntah yang bertambah saat makanan masuk kedalam perut. Nyeri terlokasi pada perut kiri atas sampai ke uluhati. Selain itu klien juga merasa lemas dan berkeringat dingin. Menurut pemahaman klien penyakitnya tersebut disebabkan oleh kebiasaannya makan makanan pedas, jadwal makan tidak teratur dan konsumsi minuman beralkohol.
e. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien pernah dirawat dirumah sakit selama 1 minggu karena penyakit asam urat akibat kelebihan purin dalam darah.
Klien biasanya minum obat resep dokter yang didapatnya saat control ke RS, nama dan dosis obat tersebut klien lupa.
Klien tidak memilki alergi terhadap obat.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan . Riwayat penyakit orang tua klien tidak diketahui dengan jelas.
Anak klien ada yang mengalami gangguan lambung dan ada juga yang menderita hypertensi.
g. Riwayat / keadaan psikososial
Keadaan psiko sosial klien baik,emosi klien stabil. klien dapat menerima keadaan penyakitnya dan berharap cepat sembuh. Hubungan klien dengan keluarga juga baik ditandai dengan kunjungan rutin anak-anak klien setiap hari.
Hubungan klien dengan saudara dan tetangga juga baik ditan dai dengan banyaknya saudara, tetangga dan teman-teman klien. yang datang.
h. Pemeriksaan Fisik
· Tanda vital
Tanggal pemeriksaan 28 mei 2009 .
1. Tekanan Darah : 120/ 80 mmHg.
2. Nadi : 82 x/menit
3. Pernafasan : 20x/menit
4. Temperatur : 36,2°C
· Keadaan umum
Keadaan klien lemah, ada perasaan tidak nyaman akibat mual dan muntah serta rasa nyeri.. klien bersikap kooperatif. Penampilan klien kurang rapi.
· Kepala
Pada bagian kepala tidak ada kelainan struktur, bentuk kepala lonjong, kulit kepala bersih dan tidak ada ketombe namun rambut agak sedikit lepek, rambut keriting , hitam..
· Pengelihatan / mata
Tidak ada kelainan anatomis mata, pengelihatan klien baik / normal dan tidak menggunakan alat bantu pengelihatan. Pupil isokor reflek cahaya baik, konjungtifa tidak pucat dan tidak ada tanda-tanda anemis.
· Penciuman / hidung
Pada hidung tidak dijumpai kelainan struktur anatomis, tidak ada tanda-tanda peradangan, tidak ada pembesaran dan perdarahan, tidak ada pengeluatan dari dalam hidung. Fungsi penciuman sebelum dan sesudah masuk rumah sakit baik
· Pendengaran / telinga
Tidak terdapat tanda-tanda peradangan pada telinga, terdapat serumen namun masih dalam batas normal, fungsi pendengaran sebelum masuk RS baik, klien tidak memakai alat bantu pendengaran.
· Mulut
Tidak ada kelainan struktur rongga mulut, rongga mulut dan gigi terlihat bersih, klien tetap menggosok giginya 2 kali sehari.Tidak ada pembesaran tonsil. Klien mengeluh bahwa mulutnya terasa pahit. Lidah tedapat berslag.
· Thorak
Tidak ada kelainan, . bentuk thorak simetris, pernafasan normal; reguler 16x/i.
· Jantung .
Tidak ada kelainan jantung. Pols 82 x/i.
· Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada kelainan anatomis, perkusi dulnes, meteorismus, peristaltik normal.
· Reproduksi
Organ reproduksi normal.
· Ekstremitas
Tidak ada kelainan anatomis pada ekstremitas, pergerakan lemah dan terbatas, Akral dingin, terpasang infus NaCl 20 gtt/i.
· Pola kebiasaan
Nutrisi
Sebelum masuk RS, pola makan tidak teratur, terkadang hanya makan 2x sehari karena tidak selera. Klien sangat menyukai makanan yang pedas. Klien suka minum kopi saat sore hari, ada riwayat konsumsi minuman keras 10 tahun yang lalu. Klien minum air putih ± 8 gelas perhari.
Setelah masuk RS,klien mendapatkan Diet MII, 3 x sehari dengan jadwal makan yang teratur. Klien juga diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang tiap 2 jam. Makanan pantangan klien adalah makanan yang pedas dan merangsang. Klien minum ± 3 gelas perhari.
Pola eliminasi
Sebelum masuk RS buang air besar klien rutin 1 kali sehari yaitu pada pagi hari. Buang air kecil 8-10 kali terutama pada malam hari. volume tidak teridentifikasi Kesulitan tidak ada Konsistensi feses lembek. Warna tidak teridentifikasi oleh klien
Setelah masuk RS frekwesi buang air besar tidak teratur selama dirawat klien belum pernah buang air besar. Klien buang air kecil 4-5 kali sehari dengan volume 200 cc dan berwarna kuning jernih.
Pola istirahat
Sebelum masuk rumah sakit, tidak pernah tidur siang, tidur malam 3-4 jam juga dan mengalami kesulitan tidur, setelah masuk rumah sakit klien juga ,masih mengalami kesulitan tidur karena nyeri perut dan mual.
Pola aktivitas
Klien adalah seorang purnawirawan angkatan darat, klien pensiun 4 tahun. Setelah pensiun kegiatan klien adalah berkebun. Saat ini klien tinggal bersama anak klien.
· Kebersihan perorangan
Sebelum masuk rumah sakit klien mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari cuci rambut 3 hari sekali, semuanya dilakukan sendiri, setelah masuk rumah sakit, kegiatan personal hygiene juga dilakukan klien dengan batuan dari keluarganya ( istri klien )
i. Pemeriksaan penunjang
· Pemeriksaan darah
Tanggal | Pemeriksaan | Hasil | Normal |
Tanggal 2 juni 2009 | HB WBC | 10 gr % 2,5 x 10 69 mg% | Lk : 14 – 18 gr% Pr : 12 – 14 gr% |
· Pemeriksaan urine
Tanggal | Pemeriksaan | Hasil |
02-06-2009 | Ureum Kreatinin Uric Acid | 40 1.23 5,8 |
j. Therapy
Nama obat | Dosis Pemakaian |
- IVFD NaCl - BCompleks - Domperindon - Lansoprazole - spironolaktan - cimetidin | 20 gtt/ menit = 8 Jam Infus 3x1 3x1 1x1 2x1 3x1 |
3.1.2 PENGELOMPOKAN DATA
DATA SUBJEKTIF | DATA OBJEKTIF |
§ klien mengeluh sakit perut, nyeri ulu hati. § Klien mengatakan berkeringat dan kedinginan. § Klien mengatakan merasa mual. § Klien mengatakan menyukai makanan yang pedas. § Riwayat minum-minuman keras dan kopi. § Makan tidak teratur. § Klien mengeluh sulit tidur § Klien mengatakan bahwa mulutnya terasa pahit. | § Muntah § Klien meringis kesakitan. § Skala nyeri 5 ( nyeri sedang ) § Porsi makan 1/3 bagian yang dihabiskan. § Vital sign : TD : 120/80 mmHg Nadi : 82 x / i Pernafaan : 20 x /i Temperatur : 36,2 ˚C § Akral dingin § Diet M I § Lab : Hb : 10 gr % WBC : 2,5 x 1069 mg% Ureum : 40 Kreatinin : 1,23 Uric Acid : 5,8 § Therapy : IVFD : NaCl B.comp Lansoprazole Cimetidin Donperidon. |
3.1.3 ANALISA DATA
SIGN DAN SYMTOM | ETIOLOGI | PROBLEM |
DS : § Klien mengeluh sakit perut. § Klien mengeluh ulu hatinya nyeri. § Klien mengatakan menyenangi makanan yang pedas § Riwayat konsumsi munuman keras dan kopi § Riwayat makan tidak teratur DO : § Klen meringis kesakitan § Skala nyeri 5 ( sedang ) § Kerinagt dingin § Akral dingin |
Nyeri | Nyeri |
DS : § Klien mengatakan mulutnya terasa pahit § Klien mengatakan bahwa rasa mual bertambah jika diisi makanan § Perut terasa sakit jika diisi makanan § Klien mengatakan tidak berselera makan. DO : § Muntah § Porsi makan yang dihabiskan hanya 1/3 bagian § Diet M I |
Tidak nafsu makan | Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh |
DS : § Klien mengatakan kalau klien menjadi sulit tidur karena rasa nyeri DO : § Lingkar mata menghitam § Menguap § Lemah dan mengantuk. | nyeri epigastrik
sulit untuk tidur | Gangguan pola tidur |
DS : DO : § Muntah § Minum sedikit § Kulit kering § Mukosa mulut kering. |
Resiko dehidrasi | Risiko terjadi kekurangan volume cairan |
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut / kronis) berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral, iritasi lambung ditandai dengan klien mengeluh sakit perut, nyeri epigastrik ,riwayat makan-makanan pedas dan minum kopi serta minum-minuman keras, klien meringis kesakitan, akral dingin.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anorekia , ditandai dengan klien mengeluh lambung terasa penuh, klien mengeluh mual dan mulutnya terasa pahit, porsi makan hanya 1/3 bagian yang dihabiskan, klien terlihat lemah.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri epigastrik, mual dan muntah ditandai dengan jam tidur klien hanya 3-4 jam, klien mengeluh nyeri, lingkar mata menghitam, klien lemah dan sering menguap.
4. Risiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ketidakcukupan masukan cairan dan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
3.3 PERENCANAAN
1) Nyeri (akut / kronis) berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral, iritasi lambung ditandai dengan klien mengeluh sakit perut, nyeri epigastrik ,riwayat makan-makanan pedas dan minum kopi serta minum-minuman keras, klien meringis kesakitan, akral dingin.
Tujuan :
Setelah diakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Intervensi :
- Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
Rasional : nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya, dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi.
- Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
Rasional : membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
- Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
Rasional : makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
- Bantu latihan rentang gerak aktif / pasif
Rasional : menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri / ketidaknyamanan.
- Berikan perawatan oral sering dan tindakan kenyamanan, misal: pijatan punggung, perubahan posisi
Rasional : nafas bau karena tertahannya sekret mulut menimbulkan tak nafsu makan dan dapat meningkatkan mual.
- Berikan obat sesuai indikasi, misal: Antasida
Rasional : menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan menetralisir kimia.
Antikolinergik (misal : belladonna, atropin)
Rasional: diberikan pada waktu tidur untuk menurunkan motilitas gaster, menekan produksi asam, memperlambat pengosongan gaster, dan menghilangkan nyeri nokturnal.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anorekia, ditandai dengan klien mengeluh mual dan mulutnya terasa pahit, porsi makan hanya 1/3 bagian yang dihabiskan, klien terlihat lemah.
Tujuan :
Pasien dapat meningkatkan masukan nutrisi adekuat dan menghindari
makanan pengiritasi.
Intervensi:
- Berikan dukungan fisik dan emosional
Rasional : penguatan emosional akan memberikan semangat agar berselera makan.
- Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan pasien saat makan . Tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan.
Rasional : Pasien mendeteksi adanya tekanan .
- Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
- Berikan makanan sedikit dan makanan kecil tambahan, yang tepat.
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan erlalu cepat setelah peride puasa
- Hindari minuman kafein,alkohol dan nikotin
Rasional : dapat meningkatkan HCl dan berupa iritan terhadap mukaosa lambung.
- Berikan terapi nutrisi dan program pengobatan RS sesuai indikasi.
Rasional : sesuai dengan indikasi dan kebutuhan.
3) Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri epigastrik, mual dan muntah ditandai dengan jam tidur klien hanya 3-4 jam, klien mengeluh nyeri, lingkar mata menghitam, klien lemah dan sering menguap.
Tujuan :
Klien dapat beristirahat yang cukup, memiliki pola tidur yang adekuat .
Intervensi:
- Kaji penyebab klien tidak bisa tidur
Rasional : untuk menentukan intervensi selanjutnya.
- Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional : meningkatkan relaksasi sehingga meningkatkan istirahat.
- Anjurkan klien untuk bercerita atau membaca sebagai pengantar tidur.
Rasional : Dapat menstimulasi rasa kantuk.
- Anjurkan klien berdoa sebelum tidur.
Rasional : Dengan berdoa diharapkan klien akan lebih tenang.
- Ingatkan klien dan keluarga sebelum tidur minum obat.
Rasional : Efektif untuk meningkatkan kemampuan tidur.
- Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian therapy
Rasional : Menghilangkan rasa nyeri.
4) Risiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ketidakcukupan masukan cairan dan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
Tujuan :
Kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Intervensi :
- Awasi masukan dan haluaran
Rasional : memberi informasi tentang keseimbangan cairan.
- Catat karakter muntah
Rasional : membantu dalam membedakan penyebab..
- Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit.
Rasional : Indikator keadekuatan volume sirkulasi.
- Diskusikan strategi untuk menghilangkan muntah
Rasional : membantu memberikan pemahaman bahwa muntah dapat menyebabkan kekurangan cairan.
- Beikan cairan Intravena untuk memeuhi kebutuhan cairan
Rasional : tindakan darurat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
- Berikan obat sesuai indikasi, misal: cimetidin dan donperidon.
Rasional : menekan pengeluaran asam lambung, peningkatan asam lambung menimbulkan mual..
3.4 PELAKSANAAN
Ø Nyeri (akut / kronis) berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral, iritasi lambung ditandai dengan klien mengeluh sakit perut, nyeri epigastrik ,riwayat makan-makanan pedas dan minum kopi serta minum-minuman keras, klien meringis kesakitan, akral dingin.
Implementasi :
Pukul : 14.00 WIB
- Mencatat keluhan nyeri; klien mengeluh nyeri pada epigastrik, dengan skala nyeri 5 ( nyeri sedang )
- Mengkaji faktor yang menyebabkan nyeri bertambah yaitu makan yang terlalu banyak, makanan yang keras, pedas dan minuman yang dingin dan asam.
Pukul 17.00 WIB.
- Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering, lunak dan hangat.
- Memberikan tindakan kenyamanan, misal: pijatan punggung, perubahan posisi
Pukul 20.00 WIB.
- Memberikan obat sesuai instruksi dokter yaitu : cimetidin, lansoprazole.
Ø Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anorekia, ditandai dengan klien mengeluh mual dan mulutnya terasa pahit, porsi makan hanya 1/3 bagian yang dihabiskan, klien terlihat lemah.
Implementasi :
Pukul 15.00 WIB
- Memberikan dukungan dan support agar klien mau makan dengan menggunakan pendekatan yang konsisten.
- Meningkatkan lingkungan yang nyaman dengan mengatur sirkulasi udara agar ruangan tidak gerah.
Pukul 16.00 W IB.
- Menganjurkan klien untuk berkumur sebelum makan dan menggosok gigi secara teratur
Pukul 17.00 WIB.
- Memberikan Diet M I dan menganjurkan klien untuk memberikan makan dalam kondisi hangat, tidak merngsang dan dalam porsi yang kecil namun sering dan memberikan kudapan disela-sela waktu makan.
Ø Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri epigastrik, mual dan muntah ditandai dengan jam tidur klien hanya 3-4 jam, klien mengeluh nyeri, lingkar mata menghitam, klien lemah dan sering menguap.
Implementasi :
Pukul 20.00 WIB.
- Mengkaji penyebab klien tidak bisa tidur dan didapati bahwa rasa nyeri epigastrik mengganggu tidur klien
- Menciptakan lingkungan yang tenang denga membatasi jam berkunjung.
- Menganjurkan klien untuk memakan kudapan misalkan roti sebelum tidur.
- Mengingatkan keluarga untuk tidak lupa memberikan obat yaitu antasida sebelum tidur.
Ø Risiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ketidakcukupan masukan cairan dan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
Implementasi :
Pukul 18.00 WIB.
- Mengawasi intake cairan dan outpun dari muntah dan urine
- Mencatat karakter muntah dan didapati bahwa klien memuntahkan cairan berwarna kuning dan selalu muntah jika makan maupun minum.
- Mengukur tanda vital :
TD; 120/80 mmHg
RR ; 20x/i
Pols : 82 x/i
- Memberikan cairan RL untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
- Memberikan obat sesuai indikasi, misal: cimetidin dan donperidon.
3.5 EVALUASI
¯ Diagnosa Keperawatan I.
S : - Klien mengatakan nyeri sudah berkurang.
- klien mengatakan Rasa mengisap dan menyesak mulai berkurang.
O : - Klien masih meringis sekakitan
- skala nyeri 3 ( nyeri ringan – sedang )
- Keringat dingin.
A : masalah belum terselesaikan, nyeri masih ada.
P : Rencana tindakan dilanjutkan.
¯ Diagnosa Keperawatan 2.
S : - klien mengatakan nafsu makan masih menurun namun sudah mulai mau makan lebih banyak dari porsi makan sebelumnya.
- Kelemahan sudah berkurang.
O : - klien terlihat mau makan
- Porsi makan yang dihabiskan sudah ½ porsi.
A : Masalah masih terselesaikan sebagian , pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi sebagian.
P : Rencana tindakan dilanjutkan.
¯ Diagnosa Keperawatan 3.
S : - klien mengatakan tadi malam sudah mulai bisa tertidur.
- klien mengatakan sudah segar saat bangun pagi.
O : - Lingkar mata masih hitam
- tadi malam tidur klien > 5 jam dan tanpa terbangun disela-sela tidurnya.
A : Masalah masih terselesaikan sebagian ,
P : Rencana tindakan dilanjutkan
¯ Diagnosa Keperawatan 4.
S : -
O : - muntah berkurang
- minum sudah semakin banyak
- kulit mulai lembab
- frekuensi BAK bertambah
A : Masalah terselesaikan sebagian.
P : Rencana tindakan dilanjutkan.
5) PEMBAHASAN
a. PENGKAJIAN
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
c. PERENCANAAN
d. PELAKSANAAN
e. EVALUASI
6) KESIMPULAN DAN SARAN
a. KESIMPULAN
b. SARAN